Selasa, 2 Ogos 2011

Ikhlas Rukun Penerimaan Amal

Segala puji bagi Allah, salawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:

Sesungguhnya prinsip yang paling besar dan penting di dalam agama Islam adalah mewujudkan keikhlasan bagi Allah swt dalam semua ibadah. Sebahagian ulama mendefinisikan:

" Ikhlas adalah engkau tidak mencari seorang pun sebagai saksi atas amal mu selain Allah dan tidak ada yang memberikan balasan atas amal tersebut selain Dia [1] ."

Ikhlas adalah hakikat agama ini dan kunci da’wah para rasul as.

Firman Allah swt:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

5.“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan solat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.[2]

Firman Allah swt:

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِينِي

14. Katakanlah: "Hanya Allah saja yang Aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku".[3]

Firman Allah swt:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ

2. “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ” [4],

Al-Fudhail berkata: " Yang dimaksud dengan Ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan paling betul ; Sesungguhnya apabila suatu amal dikerjakan dengan ikhlas namun tidak betul maka dia tidak akan diterima. Jika dia betul dan tidak dikerjakan dengan ikhlas maka amal itupun tidak diterima sehingga amal itu menjadi ikhlas dan betul secara bersama. Yang dimaksudkan dengan ikhlas adalah amal yang dikerjakan semata-mata kerana Allah dan yang dimaksud dengan betul adalah amal yang bertepatan dengan sunnah.[5]

Allah swt berfirman:

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

13. Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).[6]

Abul 'Aliyah berkata: “Dia berwasiat kepada mereka agar ikhlas dalam beribadah kepadaNya”.

Ikhlas adalah amalan hati yang paling agung. Ibnu Al Qayyim rahimhullah berkata: (( Orang yang merenungkan sumber syari’at dan asalnya, nescaya dia pasti mengetahui keterikatan amalan anggota badan (perbuatan lahiriyah) dengan amalan hati. Perbuatan lahiriyah ini tidak akan memberikan manfaat apapun tanpa diiringi dengan amalan hati. Amalan-amalan hati lebih diwajibkan atas seorang hamba daripada amalan lahiriyah. Tidakkah seorang mu’min dibezakan dengan orang munafiq kecuali kerana adanya perbezaan amalan hati mereka masing-masing yang membezakan mereka berdua?. Ubudiyah hati lebih agung, lebih banyak dan lebih lama dari ubudiyah yang bersifat lahiriyah. Ubudiyah hati diwajibkan pada setiap waktu )).[7]

Ikhlas adalah syarat bagi diterimanya amal ibadah, sebab sesungguhnya suatu amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah kecuali dengan dua syarat;

Pertama:

Amal bertepatan dengan apa yang disyari’atkan oleh Allah di dalam kitabNya atau dijelaskan oleh Nabi r.

Dari Aisyah ra, bahawa Nabi r bersabda: " Barangsiapa yang membuat perkara-perkara baru di dalam agama kita ini maka dia tertolak ".[8]

Kedua:

Perbuatan tersebut dilakukan dengan keikhlasan kerana Allah I.

Dari Umar bin Khattab ra sesungguhnya Nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan seperti apa yang diniatkannya, maka barangsiapa yang hijrahnya menuju Allah dan RasulNya maka hijrahnya akan menuju kepada Allah dan rasulNya, namun barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau wanita yang akan dinikahinya maka dia akan mendapat balasan seperti apa yang diniatkannya”.[9]

Hal ini sesuai dengan firman Allah I:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

110.“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".[10]

Ikhlas adalah dasar diterimanya suatu do’a.

Firman Allah I:

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

14.“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)”.[11]

Hilangnya ikhlas adalah sebab tertolaknya amal ibadah. Dari Abu Hurairah t bahwa Nabi saw bersabda:

" Sesungguhnya orang yang pertama akan diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid. Maka Allah pun memperkenalkan nikmatNya kepadanya dan diapun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang engkau perbuatkan untuk mendapatkan nikmat tersebut? Maka lelaki tersebut menjawab: Aku telah berperang bagi menegakkan kalimat mu sampai mati syahid.

Dia membantah lelaki tersebut: “Engkau telah berdusta, sebenarnya engkau berperang agar dikatakan sebagai seorang berani, dan itu telah dikatakan kepadamu. Kemudian diperintahkan untuk diseret di atas wajahnya sehingga dicampakkan ke dalam api neraka.

Kemudian seorang lelaki yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Maka diapun didatangkan menghadap Allah untuk memperlihatkan nikmatnya sehingga dia pun mengetahuinya. Allah bertanya: Apakah yang telah engkau perbuat untuk meraih kenikmatan tersebut?. Lelaki tersebut menjawab: “ Aku belajar ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an semata kerana diriMu.

Allah membantah: Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau menimba ilmu agar dikatakan orang yang alim dan membaca Al-Qur’an agar orang memujimu sebagai orang bijak pandai, dan itu telah dikatakan bagimu. maka diperintahkanlah malaikat mengheretnya di atas wajahnya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka.

Juga seorang lelaki yang diluaskan rezekinya oleh Allah dan diberikan baginya bermacam-macam harta. Maka dia dihadapkan kepada Allah dan Dia memperkenalkan baginya nikmat-nikmatnya. Lalu Allah bertanya kepadanya: Apakah yang telah kamu kerjakan untuk mendapatkannya?. Dia menjawab: Tidaklah satu jalanpun yang engkau senangi untuk diinfaqkan harta padanya kecuali aku mengimfaqkan harta padanya kerana diriMu”.

Allah membantahnya: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mengerjakan perbuatan tersebut agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal tersebut telah katakan bagimu”. Kemudian dirinya diheret di atas wajahnya kemudian dicampakkan ke dalam api neraka)).

Lalu pada sat hadith ini sampai kepada Mu’awiyah maka diapun menangis dengan sesungguh-sungguhnya. Lalu setelah dia telah tersedar, dia berkata : Maha benar Allah dan RasulNya:

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ . أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, nescaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.[12]

Dari Abi Musa Al-Asya'ari ra bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi saw dan berkata: " Wahai Rasulullah, seorang lelaki yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, seorang lelaki yang berperang untuk agar dikenang dan seorang lelaki yang berperang agar mendapatkan sebuah kedudukan (di tengah masyarakat). Siapakah yang berperang di jalan Allah? Maka Rasulullah saw bersabda: " Siapa yang berperang untuk menegakkan kalimah Allah maka itulah orang yang berperang di jalan Allah".[13]

Dari Abi Umamah AL-Bahili ra bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi saw dan dia berkata: "Bagaimanakah pendapatmu tentang orang yang berperang dalam rangka mendapat pahala dan disebut-sebut (dikenang) apakah yang didapatkannya?. Maka Rasulullah saw bersbda: " Dia tidak mendapatkan apa-apa". Maka beliaupun mengulanginya sehingga tiga kali dan Rasulullah saw tetap mengatakan: "Dia tidak mendapat apa-apa". Kemudian bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menerima dari suatu amal kecuali amal yang didasarkan ikhlas dan mengharap wajah Allah".[14]

Al-Fudhail bin Iyadh berkata:

" Meniggalkan suatu amal kerana takut terhadap pandangan orang maka itu adalah riya' dan beramal kerana orang adalah syirik dan ikhlas adalah membersihkan diri dari kedua unsur ini. " Di dalam sebuah riwayat darinya: " Ikhlas adalah Allah swt menyelamatkanmu dari keduanya.[15]

Dikatakan kepada Sahl al-Tasatturi:

" Apakah yang paling berat dihadapi oleh sesebuah nafsu ? Dia menjawab: Sikap Ikhlas, sebab nafsu tidak memiliki apa-apa bahagian padanya.[16]

Supiyan Al Thauri berkata:

" Tidak ada sesuatu apapun yang paling susah aku ubati yang lebih berat selain niatku sebab dia selalu berubah pada diriku. "

Seorang pernah berkata: " Apabila seorang ikhlas maka akan terputuslah darinya sikap was-was yang berpanjangan dan sifat riya'."

Seorang ulama salaf berkata:

" Barangsispa yang sesaat dari umurnya selamat di mana dia boleh ikhlas semata-mata kerana Allah padanya nescaya dia akan selamat. Hal itu kerana mulianya ikhlas dan sulitnya membersihkan hati dari kotoran ini. Sebab orang yang ikhlas adalah orang yang berbuat tanpa ada motivasi apapun kecuali mencari keredhaan Allah Ta'la.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga Allah SWT mencurahkan salawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad SAW dan seluruh keluarga dan shahabatnya.



[1] Nudhratun Na’im fi makarimi Akhlaqir Rasulul Karim saw 2/142

[2] QS. Al-Bayyinah: 5

[3] QS. Al-Zumar: 14

[4] QS. Al-Mulk: 2

[5] Madarijus Salikin; 2/93

[6] QS. Al-Syuro: 13

[7] Bada’iul Fawa’id: 3/330 dinukil dari Kitabul Ikhlash dan As syirkul Ashgor hal. 5

[8] HR. Bukhri 2/267 no: 2697 dan Shahih Muslim: 3/1343 no:1718.

[9] HR. Bukhari: 1311 no: 1 dan shahih Muslim: 3/1515 no: 1907

[10] QS. Al-Kahfi: 110

[11] QS. Gafir: 14

[12] QS. Hud: 15-16

[13] HR. Bukhari: 2/309 no: 2810 dan Muslim 3/1512 no: 1904

[14] Sunan An-Nasa'i 2/25 no: 3140

[15] Madarijus Salikin: 3/95

[16] Madarijus Salikin: 2/95


Tiada ulasan:

Catat Ulasan