Ahad, 24 Oktober 2010

Surah at-Takathur: Teguran Terhadap Kelekaan.

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿1﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿2﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿3﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿4﴾كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿5﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿6﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿7﴾ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴿8

1. Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu, 2. Sehingga kamu masuk ke dalam kubur. 3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. Nescaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. 8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).[1]

Firman Allah swt:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

(Bermegah-megahan telah melalaikan kamu)

Ibnu Kathir berkata: Allah swt menegaskan bahawa cinta dunia, kenikmatan yang ada padanya dan kemegahannya telah menyibukkan kamu dari berusaha mencari bekal di akhirat. Dunia ini begitu melalaikanmu sehingga maut menjemputmu lalu engkau berada dalam liang kubur dan menjadi penghuninya.[2]

Dari Muthrif dari bapanya dari Abdullah bin Syikhir ra berkata: Aku mendatangi Nabi saw dan beliau sedang membaca:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ

Beliau bersabda: Anak Adam berkata: Hartaku, hartaku, maka Allah berkata kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau memiliki dari hartamu kecuali apa yang telah engkau makan lalu habiskan, atau apa yang telah engkau pakai lalu menjadi buruk dan apa yang telah engkau sedekahkan lalu diberikan balasan dengannya. Pada sebuah riwayat disebutkan: Dan apa-apa yang harta jagaan itu maka ia pergi dan meninggalkannya untuk orang lain”.[3]

Dan firman Allah yang mengatakan:

حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿2﴾

(Sampai kamu masuk ke dalam kubur).

Ibnul Qayyim berkata: Perjalanan hidup manusia akan melewati alam kubur selepas kematian. Manusia tidak tinggal selamanya dan menetap di dalam kubur. Manusia (di alam kubur) sebagai orang yang datang menziarahinya, sama orang yang datang mengunjungi sebuah tempat lalu pergi beranjak darinya, sebagaimana keberadaan mereka di dunia sebagai pengunjung, bukannya menetap di dalamnya. Tempat menetap adalah surga atau neraka”.[4]

Firman Allah swt:

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿3﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿4﴾

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu) Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui.

Maksudnya adalah janganlah memperbanyak harta tersebut melalaikanmu dari mentaati Allah, dan kamu pasti akan mengetahui akibat kelalaian kerana berlumba-lumba dalam mengumpulkan dunia. Kalimah yang sama diulang-ulangi untuk memperkuatkan penegasan.

Namun Ibnu al-Qayyim berkata: Dikatakan pengulangan di atas bukanlah sebuah penegasan, akan tetapi pengetahuan yang pertama pada saat seseorang melihat kematian secara nyata ketika maut dating menjemput, sementara pengetahuan yang kedua pada saat seseorang dimasukkan ke dalam kubur. Ini adalah pendapat Al-Hasan dan Muqotil, serta diriwayatkan oleh Atha' dari Ibnu Abbas.[5]

Firman Allah swt:

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿5﴾

(Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin).

Maksudnya seandainya engkau mengetahui apa yang akan terjadi di hadapan kamu dengan pengetahuan yang sebenar nescaya tidak mungkin bagi kamu dilalaikan oleh bermegah-megah mengejar dunia ini. Justeru kamu akan berlumba-lumba dalam beramal soleh, namun kerana kamu tidak mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya akhirnya kalian terjerumus ke dalam keadaan sekarang ini.

Firman Allah swt:

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿6﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿7﴾

6. Nescaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin.

Ini adalah sumpah dari Allah Ta’ala bahwa para hambaNya baik yang beriman dan yang kafir akan menyaksikan api neraka dengan mata kepala mereka sendiri. Kemudian Allah mempertegas realiti tersebut dengan menyatakan berita tersebut pasti terjadi, dan mereka akan melihat neraka dengan sebenarnya sehingga saat itulah mereka benar-benar yakin dengannya dan tidak meragukannya lagi. Akan tetapi Allah akan menyelamatkan orang-orang yang beriman dari kepedihan siksanya dan Allah swt menjadikan orang-orng beriman melihat neraka tersebut agar mereka mengetahui kurnia Allah yang telah menyelamatkan mereka dari azab neraka. Allah swt berfirman:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ﴿71﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا ﴿72﴾

71. Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. 72. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. QS. Maryam: 71-72

Firman Allah:

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ﴿8

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

Maksudnya Allah akan bertanya kamu pada hari kiamat tentang nikmat-nikmat yang telah dikurniakannya, seperti rasa aman, kesihatan, pendengaran dan penglihatan, makanan dan minuman. Apakah kamu telah mensyukurinya dan menunaikan hak Allah padanya, dan tidak menjadikan kenikmatan tersebut sebagai punca untuk bermaksiat kepada Allah atau kamu terpedaya dengan nikmat tersebut dan tidak mensyukurinya sehingga Allah mengazab kamu dengannya.

Dari Abu Hurairah ra berkata: suatu hari atau suatu malam Rasulullah saw keluar menuju suatu tempat, dan tiba-tiba beliau bertemu dengan Abu Bakar dan Umar, lalu beliau bertanya: Apakah yang menyebabkan kamu keluar dari rumah pada saat seperti ini. Mereka berdua menjawab: Kami keluar kerana lapar wahai Rasulullah. Maka Rasulullah saw bersabda: Demi yang jiwaku berada di tanganNya sesungguhnya aku keluar dengan sebab yang sama, marilah kita pergi bersama. Maka merekapun bangkit pergi bersama Rasulullah saw mendatangi rumah seorang dari kaum Anshar. Namun dia tidak berada di dalam rumahnya, lalu pada saat isterinya melihat kedatangan Nabi saw bersama sahabatnya dia berkata: Selamat datang. Rasulullah saw berkata kepadanya: Di manakah si fulan?. “Dia pergi mencarikan kita air bersih”. kata si isteri itu. Tiba-tiba sahabat dari Anshar yang ditunggu-tunngu itu pun datang, lalu dia melihat Rasulullah saw dan kedua sahabat beliau sedang bertamu di rumahnya lalu dia berkata: “Al-Hamdulillah, pada hari ini tidak seorangpun yang mendapatkan tamu yang lebih mulia dari tamuku. Perawi berkata: Maka diapun datang membawakan untuk mereka setangkai kurma yang di dalamnya terdapat kurma yang masak dan ada yang muda. Lalu sahabat Anshar tadi mempelawa: Makanlah ini, lalu tuan rumah itu mengambil pisau (untuk menyembelih kambing). Maka Rasulullah saw bersabda: “Berikanlah kita kambing yang sudah tidak diperah susunya”. Maka dia menyemblih kambing tersebut dan merekapun makan dagingnya, kemudian mereka minum, pada saat mereka sudah kenyang dan dahaga telah hilang, maka Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar dan Umar ra: Demi yang jiwaku berada di tanganNya, kamu pasti akan ditanya tentang nikmat ini pada hari kiamat. Kamu keluar dari rumah dalam keadaan lapar lalu tidak pulang kembali kecuali setelah mendapatkan nikmat ini”.[6]

Imam Nawawi berkata menjelaskan hadith ini: Pertanyaan tentang nikmat di sini maksudnya adalah pertanyaan yang bersifat penghitungan terhadap nikmat dan pemberitahuan akan besarnya kurnia, menampakkan sifat kedermawanan dan sempurnanya pemberian Allah, bukan pertanyaan untuk mencela, mengecam dan menghisab.[7]

Adapun terhadap orang-orang kafir maka pertanyaan tersebut sebagai celaan, kecaman dan penghitungan nikmat Allah atas mereka. Dari Abi Barzah Al Aslami ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidak akan melangkah kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dia akan ditanya tentang umurnya pada apakah dia habiskan, tentang ilmunya apakah yang diperbuatnya dengan ilmu tersebut, tentang hartanya dari manakah dia dapatkan dan kemanakah disalurkan dan tentang badannya pada apakah dipergunakan”.[8]

Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala akan berkata kepada hambaNya pada hari kiamat: Tidakkah aku telah memuliakanmu dan menjadikanmu sebagai peminpin atas orang lain? tidakkah aku menikahkanmu dan menundukkan bagimu kuda dan unta sebagai kemudahan hidup dan membiarkanmu hidup sebagai peminpin dan memanfaatkan segala kemudagan hidup”. Maka hamba tersebut mengatakan: Benar!, lalu Allah kembali bertanya kepadanya: Apakah engkau pernah berfikir bahwa engkau akan menghadap kepada diriKu ?. Hamba tersebut menjawab; Tidak!, Maka Allah kembali bertanya kepadanya: Sungguh Aku melupaknmu sebagaimana engkau melupakan Aku”.[9]

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya perkara pertama yang akan dihisab oleh Allah terhadap seorang hamba, yaitu dia akan ditanya tidakkah aku telah menjadikan badamu sihat dan menjadikan kamu kenyang dengan air yang dingin”.[10]

Ibnul Qayyim berkata: Sungguh dia adalah surah Al-Qur’an yang sangat agung, nasihat dan peringatan yang sangat tepat, kalimat yang yang terdapat dalam kalam tersebut sangat kuat dalam mengarahkan seseorang untuk memberi tumpuan kepada akhirat dan hidup zuhud di dunia dengan kalimat yang begitu singkat, perkataan yang mudah dan susunan kalam yang indah. Sungguh benar Zat maha tinggilah yang berbicara dengan kalam tersebut dan RasulNya telah menyampaikannya sebagai wahyu”.[11]



[1] Surah Al-Takathur: 1-8

[2] Tafsir Ibnu Katsir: 4/44

[3] Sahih Muslim: 4/2273 no: 2958

[4] Tafsir Ibnul Qayyim: halaman: 513

[5] Tafsir Ibnul Qayyim: halaman: 515

[6] Shahih Muslim: 3/1609 no: 2938

[7] Syarh an-Nawawi: 5/214

[8] Sunan Turmudzi: 4/612 no: 2416 dan dia berkata: hadith hasan shahih.

[9] Sebahagian dari hadith yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab shahihnya: 4/2279 no: 2968

[10] Al Mustadrak, alhakim: 4/154 no:7203 disahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab silsilah ash-shihah: 2/76 no:539

[11] Al-Tafsir al-Qayyim: halaman: 523

3 ulasan: