Sesungguhnya Nabi r menjadi rahmat bagi semua umat manusia dan Allah I telah menyebutkan sifatnya itu dengan firman-Nya:
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiyaa`:107)
Maka rahmatnya bersifat universal, meliputi orang yang beriman dan kafir.
Kisah Thufail ad Dausi
Ingat kisah Thufail bin 'Amr ad-Dausi yang merasa putus asa untuk memberi petunjuk kepada kabilahnya, iaitu Daus. Lalu dia pergi kepada Nabi r dan berkata: " Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus telah derhaka dan enggan (menerima dakwah), maka berdoalah kepada Allah I untuk membinasakannya."
Lalu Nabi r menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Maka para sahabat yang hadir merasa yakin akan hancurnya kabilah Daus bila Nabi r mendoakan kehancuran mereka. Tiba-tiba nabi saw pembawa rahmat berdoa:
اللّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ
"Ya Allah, berilah petunjuk kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka (kepadaku untuk beriman).' Muttafaqun 'alaih.
Beliau mendoakan mereka supaya mendapat hidayah dan petunjuk dan tidak berdoa atas mereka dengan siksaan dan kehancuran total, kerana beliau tidak menghendaki untuk manusia kecuali kebaikan dan tidak mengharapkan untuk mereka selain keberuntungan dan keselamatan.
Kisah Dakwah di Thaif
Nabi r pernah pergi ke Thaif untuk mengajak kabilah-kabilahnya masuk Islam. Maka para penduduknya menghadapinya dengan keingkaran, ejekan dan mainan bahkan orang-orang bodoh dari mereka melemparinya dengan batu sehingga darah mengalir dari dua kakinya r.
Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan peristiwa yang terjadi setelah itu. Dia berkata: " Aku bertanya kepada Rasulullah r. Apakah pernah datang kepadamu satu hari yang lebih berat dari pada tragedi di bukit Uhud? Beliau r menjawab: " Sesungguh aku telah mendapati dari kaummu – dan itu adalah peristiwa terberat yang ku temui dari mereka- yaitu hari aqabah. Ketika aku menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi yalail bin Abdu Kulal, maka ia memenuhi keinginanku. Lalu aku pergi dalam keadaan berduka cita yang terlihat dari raut wajahku. Maka aku tidak sadar kecuali di Qarn ats-Tsa'alib.
Maka aku mengangkat kepalaku. Ternyata awan telah menaungiku. Lalu aku melihat, ternyata Jibril u ada padanya. Maka ia berseru kepadaku seraya berkata: " Sesungguhnya Allah I telah mendengar ucapan kaummu kepadaku dan jawaban mereka atasmu. Dan Dia I telah mengutus kepadamu malaikat gunung, agar engkau menyuruhnya menurut kehendakmu pada mereka." Beliau bersabda: " Maka malaikat gunung memanggilku seraya berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah I telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan jawaban mereka terhadapmu. Dan akulah malaikat gunung, Allah I telah mengutusku agar engkau menyuruhku menuruti perintahmu, maka apakah yang engkau kehendaki? Jika engkau menghendaki, aku akan menimpakan kepada mereka dua gunung yang besar.
Maka Rasulullah r bersabda:
بَلْ أَرْجُوْ أَنْ يُخْرِجَ اللهٌ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَلاَيشُرْكِ ُبِهِ شَيْئًا
"Bahkan aku mengharapkan agar Allah I mengeluarkan dari sulbi (keturunan) mereka orang yang hanya menyembah Allah I saja, tidak ada sekutu baginya dan tidak menyekutukan sesuatu dengannya." Muttafaqun 'alaih.
Itulah sifat rahmat kenabian yang membuat Nabi r melupakan kecederaan menitiskan darah baginda, hatinya yang sakit, sanubarinya yang terluka. Baginda tidak ingat selain menyampaikan kebaikan kepada para manusia dan mengeluarkan mereka dari alam kegelapan kepada cahaya, dan memberikan petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.
Kisah Pembukaan Kota Mekah
Nabi r menaklukkan kota Makkah dan memasukinya bersama sepuluh ribu pejuang, dan Allah I meneguhkannya untuk mengalahkan orang-orang yang menyakitinya, mengusirnya, melakukan konspirasi untuk membunuhnya, mengeluarkannya dari negerinya, membunuh para sahabatnya, dan melakukan fitnah kepada mereka dalam agama mereka.
Salah seorang sahabat berkata – setelah selesai penaklukan agung ini - " Hari ini adalah hari pembunuhan." Maka Nabi r bersabda: " Bahkan, hari ini adalah hari kasih sayang."
Kemudian Nabi r keluar kepada orang-orang yang kalah, pandangan mata mereka tajam, hati mereka ketakutan dan leher mereka terasa kering. Mereka menunggu apakah yang akan dilakukan si pemimpin yang menang ini kepada mereka. Sedangkan mereka adalah orang-orang sering menipu, membalas dendam, mencincang kaum muslimin yang terbunuh, seperti yang telah mereka lakukan dalam perang Uhud dan lainnya.
Maka Nabi r bersabda: " Wahai sekalian kaum Quraisy, apakah pendapatmu yang akan aku lakukan terhadap kamu?" Mereka menjawab: " (Engkau akan melakukan) kebaikan, saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia."
Maka Nabi r bersabda:
اِذْهَبُوْا فَأَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ
'Pergilah, kamu semua bebas.'
Maka pergilah mereka, bagaikan baru dibangkitkan dari kuburan.
Inilah pemberian ampun yang menyeluruh yang lahir dari kasih sayang di hati Nabi r yang besar meliputi musuhnya yang sentiasa menyakitinya dan para sahabatnya. Maka kalau bukan kerana rahmat ini nescaya tidak terjadi pemberian maaf ini. Dan benarlah Rasulullah r ketika bersabda:
أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
"Aku adalah rahmat yang dihadiahkan.' (HR. al-Hakim).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan