Allah swt berfirman:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا ﴿16﴾
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. QS. Al-Isro’; 16.
Kata Al-Mutrif: bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelazatan dunia dan syahwatnya. Maksudnya Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup mewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerosakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran.
Allah swt memberitakan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahawa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka.
Allah swt berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ ﴿64﴾ لَا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ ۖ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ ﴿65﴾ قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ ﴿66﴾ مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ ﴿67﴾
Maksud: Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. QS. Al-Mu’minun: 64-67.
Dan Allah swt telah memberitahukan bahwa hidup mewah adalah sifat orang-orang kafir. Allah swt berfirman:
وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ ﴿41﴾ فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ ﴿42﴾ وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ ﴿43﴾ لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ ﴿44﴾ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ ﴿45﴾
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. QS. Al-Waqi’ah: 41-45.
Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelazatan duniawi. Maka Allah swt memberitahu bahawa kehidupan yang mewah akan menempah keburukan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Allah swt menceritakan tentang Nabi Solih pada saat dia memberikan peringatan kepada kaum Tsamud dan mereka adalah bangsa arab yang mendiami kota batu yang terletak antara lembah Al-Qura dan negeri Syam. Tempat tinggal mereka cukup terkenal dan sekarang disebut dengan mada’in Shaleh. Allah swt berfirman;
أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ ﴿146﴾ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ﴿147﴾ وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ ﴿148﴾وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ ﴿149﴾
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebahagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajinnya; QS. Al-Syu’ara’: 146-149.
Sehingga firman Allah swt yang mengatakan:
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ ﴿158﴾وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ ﴿159﴾
maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. QS. Al-Syu’ara’: 158-159.
Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Allah swt berkata guna memberitahu dan memperingatkan mereka bahawa siksa Allah turun kepada mereka, serta mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka berupa rezeki-rezeki yang melimpah ruah, menjadikan mereka dalam aman dari segala bahaya, mencurahkan bagi mereka kebun-kebun yang penuh dengan tanaman, dan mengalirkan untuk mereka mata air yang mengalir deras serta memberikan mereka tanaman dan buah-buahan, oleh karena itulah Allah swt berfirman:
وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ
((dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut))
Ibnu Kathir berkata iaitu pada saat dia basah dan menjulur dan selain itu mereka memahat sebahagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. Ibnu Abbas dan ulama yang lainnya berkata memahatnya dengan baik. Dalam riwayat yang lain disebutkan memahatnya dengan rakus dan melampaui batas. Inilah pendapat yang dipilih oleh Mujahid dan jamaah ahli tafsir dan tidak ada pertentangan antara kedua pendapat tersebut. Sebab sesungguhnya mereka menjadikan rumah-rumah yang terukir di atas gunung-gunung tersebut secara liar melampui batas, demi kesombongan dan berlaku sia-sia bukan untuk tempat tinggal dan mereka sangat mahir dalam memahat dan mengukir batu-batuan tersebut, seperti itulah yang disimpulkan tentang keadaan mereka bagi orang yang pernah melihat tempat tinggal mereka”.[1]
Yang menjadi penekanan kita adalah bahawa mereka terjebak dalam cara hidup yang mewah sehingga membawakan mereka mendustakan para rasul lalu akibat mereka adalah kebinasaan di dunia dan akherat.
Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam telah memberitahukan bahawa di hari kiamat kelak orang-orang yang hidup mewah akan melupakan semua kenikmatan yang pernah mereka nikmati selamat hidup di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan didatangkan pada hari kiamat kelak seorang penghuni neraka yang keadaannya paling mewah selama hidup di dunia, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam api neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan sedikit kenikmatan saat hidupmu?. Apakah suatu kenikmatan telah menghampirimu saat hidup di dunia?. Lalu dia berkata: Tidak wahai Tuhanku. Lalu didatangkanlah orang yang paling sengasara hidupnya di dunia namun dia termasuk penduduk surga, lalu orang tersebut dicelupkan satu kali celupan di dalam surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan satu kesengsaraan di dalam kehidupanmu? Apakah engkau telah mengalami hidup sengsara?. Maka dia berkata: Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun dan aku tidak pernah hidup sengsara sedikitpun”.[2]
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang paling jauh dari cara hidup mewah. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Umar ra bahwa dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan melihat beliau tertidur bertikarkan pasir dan membekas pada pinggang beliau, maka kedua matanya menangis dan berkata: Wahai Rasulullah para raja dan kaesar hidup dalam kemewahan mereka dan engkau adalah makhluk pilihan Allah. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berbaring lalu baginda duduk dan bersabda: Apakah engkau meragukan ajaran yang aku bawa wahai Ibnul Khattab?. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Mereka adalah kaum yang kebaikannya disegerakan pada kehidupan duniawi. Dalam sebuah riwayat disebutkan: Apakah engkau tidak rela jika mereka mendapat dunia dan kita mendapatkan akhirat”.[3]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan