Jumaat, 2 Disember 2011

Ashura' Hari Memperingati Tersungkurnya Firaun.

Dengan kedatangan bulan Muharram ini, kita mengingat kisah yang selalu diulang-ulang oleh Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Suci di dalam berbagai surah di dalam Al-Qur’an kerana hikmah dan tujuan yang sangat luhur lagi tinggi:

قال الله تعالى : â وَكُلّا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ ... ١٢٠á [ هود: 120]

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; QS. Hud: 120.

قال الله تعالى : â نَتۡلُواْ عَلَيۡكَ مِن نَّبَإِ مُوسَىٰ وَفِرۡعَوۡنَ بِٱلۡحَقِّ لِقَوۡم يُؤۡمِنُونَ ٣ á [ القصص: 3]

Kami membacakan kepadamu sebahagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. QS. Al-Qahsash: 3

Fir'aun adalah simbol diktator yang paling buruk, seorang raja dari Mesir. Dia kufur kerana mengingkari Allah Yang Maha Tinggi secara nyata. Diceritakan oleh Allah di dalam firmanNya:

قال الله تعالى : â فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى23-24á

[ النازعات: 23-24]

Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya . (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". QS. Al-Nazi’at: 23-24.

قال الله تعالى : â وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرِي ... ٣٨ á [ القصص: 38]

Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. QS. Al-Qashash: 38.

Dia berbuat aniaya terhadap kaum Bani Israil dan menimpakan kepada mereka siksa yang sangat pedih:

قال الله تعالى : â إِنَّ فِرۡعَوۡنَ عَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلَ أَهۡلَهَا شِيَعا يَسۡتَضۡعِفُ طَآئِفَة مِّنۡهُمۡ يُذَبِّحُ أَبۡنَآءَهُمۡ وَيَسۡتَحۡيِۦ نِسَآءَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٤ á [ القصص: 4]

Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qashash: 4

Firaun sebenarnya hidup dengan penuh ketakutan. Seorang komandan dari suku Qibthy pernah memberitahukan kepadanya bahawa Ibrahim, kekasih Allah melewati Mesir dan Fir’aun ingin menguasai isterinya, Sarah lalu Allah menyelamatkannya dan menjaga dirinya. Nabi Ibrahim memberitahu bahawa akan terlahir dari keturunannya seorang anak, yang menjadi penghujung perjalanan kekuasaan Fir’aun di negeri Mesir. Kisah ini pada dasarnya terdapat di dalam hadits Shahih bahwa pada saat dia meyakini bahwa kekuasaannya akan berakhir di tangan seorang lelaki dari kalangan Bani Israel. Maka diapun mulai membunuh kaum lelaki yang lahir dari kalangan Bani Israel untuk menyelamatkan posisinya.

Setelah beberapa lama seorang komandannya berkata kepadanya: "Sesungguhnya kaum Bani Israil hidup untuk berkhidmat kepada kita sementara engkau bertindak untuk menghabiskan mereka. Akibatnya tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali kaum wanita dan orang-orang tua. Maka biarkanlah mereka satu tahun dan bunuhlah bayi laki-laki yang lahir pada tahun berikutnya. Maka diapun setuju dengan pendapat ini, lalu diapun membunuh bayi laki-laki-laki yang lahir satu tahun dan membiarkan mereka satu tahun selanjutnya agar boleh bekerja untuk dirinya dan kaumnya. Hal ini sebagai ujian dan penjelasan bahwa kewaspadaan tidak akan pernah menyelamatkan seseorang dari ketetapan yang pernah ditetapkan oleh Allah. Nabi Musa Alaihis salam dilahirkan pada tahun dibunuhnya bayi lelaki yang lahir. Maka ibu Nabi Musa sangat bimbang dan takut jika bayinya yang pada usia balighnya kelak akan mendapat wahyu ini akan terbunuh ditangan tentara Fir’aun, dia akan menjadi peminpin umat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berkata tentang Nabi Musa: "Seandainya saudaraku Musa, hidup maka dia tidak memiliki pilihan kecuali harus mengikutiku”. Akan tetapi Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, Maha Mengetahui segala perkara hambaNya, Dia tidak pernah lalai dari mereka walau sekejap mata atau yang lebih kecil dari itu dan selalu menjaga serta memelihara mereka. Bayi yang kecil yang masih menyusu ini, yang sangat dibimbangi oleh ibunya kerana ancaman pedang Fir’aun telah mendapat pemeliharaan Allah, sebagaimana penjagaan Allah terhadap para nabi dan rasulNya:

قال الله تعالى : â ...ۚ وَأَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَبَّة مِّنِّي وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَيۡنِيٓ ٣٩á [طه: 39]

Dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.QS. Thaha: 39.

Allah membukakan hati isteri Fir’aun sebelum pintu benteng dan istana terbuka, anak tersebut besar di dalam didikan orang yang justeru menjadi musuh baginya. Lalu Musa alaihis salam keluar dari istana Fir’aun dengan suatu ujian:

قال الله تعالى : â وَجَآءَ رَجُل مِّنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ يَسۡعَىٰ قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ ٱلۡمَلَأَ يَأۡتَمِرُونَ بِكَ لِيَقۡتُلُوكَ فَٱخۡرُجۡ إِنِّي لَكَ مِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٢٠ á

[ القصص: 20]

Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu". QS. Al-Qasas: 20.

Setelah itu dia tumbuh dewasa lalu menikah dengan maskawin menggembala kambing. Pada saat dirinya telah dewasa, sempurna akalnya dan siap mengembang risalah Allah Ta’ala mewahyukan kepadanya. Dan dia didukung oleh saudaranya Harun sebagai pendukung dirinya dalam berdakwah:

قال الله تعالى : â فَأۡتِيَا فِرۡعَوۡنَ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦ أَنۡ أَرۡسِلۡ مَعَنَا بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ١٧ á [الشُّعَرَاءِ: 17-16]

Maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu: 'Sesungguhnya kami adalah Rasul Tuhan semesta alam. lepaskanlah Bani Israel (pergi) beserta kami'". QS. Al-Syu’ara: 16-17.

Maka Fir’aun terlaknat menyambut mereka dengan sikap mengingkari Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

قال الله تعالى : â قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ قَالَ رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ ٢٤ á [الشُّعَرَاءِ:24-23]

"Firaun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?. Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya". QS. Al-Syu’ara: 23-24.

Lalu perdebatan berlangsung alot dan berubah menjadi perdebatan dalam bentuk lain, Fir’uan mengumpulkan para tukang sihirnya agar membuat tipu daya terhadap Musa namun Allah selalu mengawasi mereka:

قال الله تعالى : â وَجَآءَ ٱلسَّحَرَةُ فِرۡعَوۡنَ قَالُوٓاْ إِنَّ لَنَا لَأَجۡرًا إِن كُنَّا نَحۡنُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ١١٣ قَالَ نَعَمۡ وَإِنَّكُمۡ لَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ١١٤ á

[الأَعرَافِ: 114-113]

"Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan : Apakah sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?. Firaun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". QS. Al-A’raf: 113-114.

Mereka adalah para tukang sihir yang ahli:

قال الله تعالى : â قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِمَّآ أَن تُلۡقِيَ وَإِمَّآ أَن نَّكُونَ نَحۡنُ ٱلۡمُلۡقِينَ ١١٥ قَالَ أَلۡقُواْۖ فَلَمَّآ أَلۡقَوۡاْ سَحَرُوٓاْ أَعۡيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسۡتَرۡهَبُوهُمۡ وَجَآءُو بِسِحۡرٍ عَظِيمٖ ١١٦ á [الأَعرَافِ: 116-115]

" Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?”. Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). QS. Al-A’raf: 115-116.

Namun Fir’aun dan rakyatnya, serta para tukang sihir dan dukun dikagetkan dengan sebuah peristiwa:

قال الله تعالى : â وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنۡ أَلۡقِ عَصَاكَۖ فَإِذَا هِيَ تَلۡقَفُ مَا يَأۡفِكُونَ ١١٧ فَوَقَعَ ٱلۡحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١١٨ فَغُلِبُواْ هُنَالِكَ Arrow_Up1.jpgوَٱنقَلَبُواْ صَٰغِرِينَ ١١٩á [الأَعۡرَافِ:119-117]

Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Kerana itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.. QS. Al-A’raf: 117-119.

Walaupun peristiwa yang lebih mengegarkan dan mengejutkan belum memuncak, akan tetapi suasana semakin memanas pada saat seluruh tukang sihir yang didatangkan oleh Fir’aun beriman kepada Allah Azza Wa Jalla:

قال الله تعالى : â وَأُلۡقِيَ ٱلسَّحَرَةُ سَٰجِدِينَ ١٢٠ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٢١ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ١٢٢á [الأَعۡرَافِ:122-120]

Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun". QS. Al-A’raf: 120-122.

Maka Fir’aunpun mulai mengancam dan menindak mereka:

قال الله تعالى : â لَأُقَطِّعَنَّ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَٰف ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمۡ أَجۡمَعِينَ ١٢٤ á [الأَعۡرَافِ: 124]

"Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya." QS. Al-A’raf: 124.

Dalam waktu yang sangat singkat mereka berubah mengumumkan keimanan mereka secara jujur dan terang-terangan dari kekafiran sambil menantang diktator yang paling jahat di atas permukaan bumi. Penyampaian risalah saling bergantian antara Nabi Musa dan saudaranya, dan tekanan Fir’aun terhadap Musa dan saudaranya berjalan sampai kisah tersebut berakhir dengan apa yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Musa alaihis salam agar mereka berjalan pada malam hari dari Mesir dan Fir’aun sangat bingung dengan perkara tersebut. Maka diapun mengirim berita kepada seluruh penjuru Mesir agar rakyat berkumpul. Maka Fir’aunpun mengumpulkan bala tentaranya dan berjalan menuju arah yang dilalui oleh Musa, yaitu laut merah:

قال الله تعالى : â فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلۡجَمۡعَانِ قَالَ أَصۡحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدۡرَكُونَ ٦١ á [ الشعراء: 61]

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". QS. Al-Syu’ara: 61.

Lautan dihadapan kita, jika kita melewatinya maka kita akan tenggelam padanya, sementara Fir’aun dan kaumnya berada di belakang kita, jika kita berhenti maka mereka akan menangkap kita. Maka Musa menegaskan dengan lisan seorang mu’min yang yakin dan percaya dengan janji, pertolongan dan rahmat Tuhannya:

قال الله تعالى : â قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ ٦٢ á [ الشعراء: 62]

"Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". QS. Al-Syu’ara: 62

Pada saat Nabi Musa telah sampai di lautan maka Allah memerintahkan kepadanya untuk memukul laut tersebut dengan tongkatnya, maka lautan tersebut terpecah menjadi dua belas jalan, air berubah mejadi tanah. Maha Suci Allah, di tanganNyalah segala sesuatu dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu pada saat Musa dan kaumnya berjalan melewati laut merah yang telah berubah menjadi tanah, seakan mereka berjalan di atas padang pasir maka Fir’aun pun ikut mengejar melewati jalan yang sama, lalu pada saat mereka telah sampai ditengah lautan Allah memerintahkan agar lautan tersebut kembali seperti keadaannya yang semula, maka laut itupun menghantam Fir’aun dan bala tentaranya sehingga menenggelamkan dan membinasakan mereka semua.

Peristiwa inilah yang kita raikan melalui penghayatan hari Ashura'. Ibn ‘Abbas meriwayatkan yang bermaksud: “Apabila Nabi SAW datang ke Madinah, Baginda melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, lalu Baginda bertanya: "Apakah ini?". Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik di mana Allah telah menyelamatkan padanya Nabi Musa dan Bani Israil daripada musuh mereka, maka Musa pun berpuasa”. Lalu Baginda SAW bersabda: "Aku lebih berhak dengan Musa daripada kamu," maka Baginda pun berpuasa dan menyuruh orang ramai supaya berpuasa”. (Riwayat al-Bukhari)

A’isyah r.a berkata (maksudnya): “Rasulullah SAW telah mengarahkan supaya berpuasa pada hari A’syura, dan apabila telah difardhukan puasa Ramadhan, maka sesiapa yang hendak berpuasa (hari A’syura) maka dia boleh berpuasa, dan sesiapa yang hendak berbuka maka dia boleh berbuka (tidak berpuasa)”. (Riwayat al-Bukhari & Muslim).

Daripada ‘Aisyah r.a berkata yang bermaksud: “Orang-orang Quraish di zaman jahiliyah berpuasa pada hari ‘Asyura, dan Rasulullah SAW juga berpuasa pada hari A’syura. Maka apabila Baginda datang ke Madinah, Baginda berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang ramai berpuasa. Apabila difardhukan kewajipan puasa Ramadhan, ditinggalkan puasa pada hari ‘Asyura lalu Baginda bersabda: "Sesiapa yang mahu, maka dia boleh berpuasa, dan sesiapa yang tidak mahu berpuasa, maka dia boleh tinggalkannya". (Riwayat al-Bukhari & Muslim)

Selain daripada berpuasa pada hari ‘Asyura ini, kita juga digalakkan untuk berpuasa pada hari sebelumnya iaitu hari ke-9 Muharram. Ini berdasarkan beberapa hadis sahih, antaranya ialah:

Daripada Ibn Abbas r.a berkata (maksudnya): “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura, Baginda turut mengarahkan orang ramai supaya turut berpuasa. Lalu mereka berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang dibesarkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Lalu Rasulullah SAW bersabda lagi: "Sekiranya di tahun depan, jika diizinkan Allah, kita akan berpuasa pada hari ke-9". Ibn Abbas berkata: Tidak sempat munculnya tahun hadapan, Rasulullah SAW wafat terlebih dahulu.” (Riwayat Imam Muslim)

Daripada Ibn Abbas r.a berkata, bahawa Rasulullah SAW bersabda (maksudnya): "Sekiranya aku masih hidup hingga tahun hadapan, nescaya aku pasti akan berpuasa pada hari ke-9". (Riwayat Muslim).

Imam al-Nawawi (wafat 676H) dalam menghuraikan hadis-hadis ini telah menukilkan pendapat Imam al-Syafie dan ulamak di dalam mazhabnya, Imam Ahmad, Ishak dan yang lain-lain bahawa mereka semua ini berpendapat bahawa disunatkan berpuasa pada hari ke-9 dan hari ke-10, kerana Nabi SAW berpuasa pada hari ke-10 (‘Asyura) dan berniat untuk berpuasa pada hari ke-9 (tahun berikutnya). Imam al-Nawawi menyambung lagi: “Sebahagian ulamak berpendapat bahawa kemungkinan sebab digalakkan berpuasa pada hari ke-9 dengan hari ke-10 ialah supaya tidak menyamai dengan amalan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ke-10”. (Rujuk: al-Minhaj syarh Sahih Muslim, Bab al-Siyam, ( Beirut : Dar al-Ma’rifah , cet.7, 2000), jil 4, hal. 254).

Justeru, marilah kita merebut peluang pada kesempatan bulan yang mulia ini untuk menambahkan amalan kita dengan berpuasa sunat. Renungilah saranan yang diberikan oleh Rasulullah SAW seperti mana yang diriwayatkan oleh Jundub bin Sufian bahawa Rasulullah SAW bersabda (maksudnya): "Sesungguhnya solat yang paling utama selepas solat fardhu ialah solat pada waktu tengah malam dan puasa yang paling utama selepas puasa Ramadhan ialah puasa di bulan Allah yang kamu panggilnya Muharram".
(Hadis riwayat Imam al-Nasa’ie dengan sanad yang sahih).

Selasa, 1 November 2011

Tetap Bersemangat Dalam Menuntut Ilmu Syara’.


قال الله تعالى:
âقُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أولو الألباب
[ الزمر: 9]

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. QS. Al-Zumar: 9

قال الله تعالى: âيَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [ المجادلة : 11]

“...nescaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darajat. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al-Mujadilah: 11.

Diriwyatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam berkata: Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla suatu kebaikan maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memberikan kepadanya kepahaman dalam agama”.[1]

Sebagian ahli ilmu berkata: Orang yang tidak diberikan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kefahaman di dalam agama bererti Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak menghendaki kebaikan baginya”.

Diriwayatkan oleh Al-Darimi dengan sanad yang baik dari Abi Darda’ bahawa sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda:

" Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan para nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bahagian yang sangat besar”.[2]

Al-Auza’i berkata:

Manusia yang memliki kemuliaan di tengah masyarakat kami adalah peribadi yang berilmu, dan orang selain mereka tidak ada ertinya”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata:

Keperluan manusia kepada ilmu lebih besar dari keperluan mereka terhadap makanan dan minuman. Para ulama adalah orang yang tetap komitmen dengan perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla hingga hari kiamat.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Mu’awiyah dan Thauban bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Akan sentiasa ada sekelompok dari umatku ini yang selalu komited dengan kebenaran, tidak akan memudaratkan mereka orang yang mengacau mereka sehingga datang keputusan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mereka tetap komited atas perkara tersebut”.[3] Di dalam sebuah riwyat disebutkan: Mereka tetap komited pada perintah -Nya”.[4]

Imam Ahmad bin Hambal berkata: Kalau bukan ahli hadith maka aku tidak mengetahui siapakah orang selain mereka?”.

Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa di akhir zaman kelak ilmu itu akan terangkat, dan kebodohan tersebar dan terangkatnya ilmu ditandai dengan matinya orang yang membawanya.

Diriwayatkan oleh Al-bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu ‘anhuma bahwa Nabi Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak akan mencabut ilmu dari manusia dengan mengambilnya secara langsung dari mereka, namun -Dia akan mencabut ilmu itu dengan dicabutnya nyawa para ulama, sehingga apabila orang alim sudah tidak tersisa maka manusia menunjuk pemimpin yang bodoh, dan mereka ditanya tentang suatu masalah maka mereka sesat dan menyesatkan”.[5]



[1] Al-Bukhari no: 3116 dan Muslim no: 1037

[2] HR. Al-Darimi 1/110 no: 342

[3] Shahih Muslim no: 1920 dan shahih Bukhari no: 71

[4] Shahih Bukhari no: 71

[5] [5] Shahih Muslim no: 2673 dan shahih Bukhari no: 100

Khamis, 27 Oktober 2011

حكم الانتماء إلى المذاهب الإلحادية والأحزاب الجاهلية




بسم الله الرحمن الرحيم


الحمد لله والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد


حكم الانتماء إلى المذاهب الإلحادية والأحزاب الجاهلية

العلامة صالح بن فوزان الفوزان -حفظه الله



أولاً: الانتماء إلى المذاهب الإلحادية: كالشيوعية والعلمانية والرأسمالية وغيرها من مذاهب الكفر ردة عن دين الإسلام. فإن كان المنتمي إلى تلك المذاهب يدعي الإسلام فهذا من النفاق الأكبر، فإن المنافقين ينتمون إلى الإسلام في الظاهر، وهم مع الكفار في الباطن - كما قال تعالى فيهم: {وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ}، [البقرة: 14]، وقال تعالى: {الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ}، [ النساء: 141 ].

فهؤلاء المنافقون المخادعون: لكل منهم وجهان: وجه يلقى به المؤمنين، ووجه ينقلب به إلى إخوانه من الملحدين، وله لسانان: أحدهما يقبله بظاهره المسلمون، والآخر يترجم عن سره المكنون: {وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ }، [البقرة: 1]، قد أعرضوا عن الكتاب والسنة استهزاء بأهلهما واستحقارا، وأبوا أن ينقادوا لحكم الوحيين فرحا بما عندهم من العلم الذي لا ينفع الاستكثار منه إلا شرا واستكبارا. فتراهم أبدا بالمتمسكين بصريح الوحي يستهزئون: {اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ}، [ البقرة: 15 ]، وقد أمر اللّه بالانتماء إلى المؤمنين: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ}، [ التوبة: 19 ].

وهذه المذاهب الإلحادية مذاهب متناحرة؛ لأنها مؤسسة على الباطل، فالشيوعية تنكر وجود الخالق سبحانه وتعالى، وتحارب الأديان السماوية، ومن يرضى لعقله أن يعيش بلا عقيدة، وينكر البديهيات اليقينية فيكون ملغيا لعقله، والعلمانية تنكر الأديان وتعتمد على الماديات التي لا موجه لها ولا غاية لها في هذه الحياة إلا الحياة البهيمية؟ والرأسمالية همها جمع المال من أي وجه، ولا تقيد بحلال ولا حرام ولا عطف ولا شفقة على الفقراء والمساكين. وقوام اقتصادها على الربا الذي هو محاربة للّه ولرسوله. والذي هو دمار الدول والأفراد، وامتصاص دماء الشعوب الفقيرة، وأي عاقل - فضلا عمن فيه ذرة من إيمان - يرضى أن يعيش على هذه المذاهب بلا عقل ولا دين ولا غاية صحيحة من حياته يهدف إليها ويناضل من أجلها. إنما غزت هذه المذاهب بلاد المسلمين لما غاب عن أكثريتها الدين الصحيح، وتربت على الضياع، وعاشت على التبعية.



ثانياً: الانتماء للأحزاب الجاهلية والقوميات العنصرية: هو الآخر كفر وردة عن دين الإسلام؛ لأن الإسلام يرفض العصبيات والنعرات الجاهلية، يقول تعالى: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}، [ الحجرات: 13 ]، ويقول النبي –صلى الله عليه وسلم-: {ليس منا من دعا إلى عصبية، وليس منا من قاتل على عصبية، وليس منا من غضب لعصبية}، [ أبو داود الأدب (5121) ]، وقال –صلى الله عليه وسلم-: {إن اللّه قد أذهب عنكم عُصبِّيَّة الجاهلية وفخرها بالآباء، إنما هو مؤمن تقي أو فاجر شقي، الناس بنو آدم وآدم خلق من تراب، ولا فضل لعربي على عجمي إلا بالتقوى}، [ الترمذي المناقب (3955)، أبو داود الأدب (5116)] .

وهذه الحزبيات تفرق المسلمين، واللّه قد أمر بالاجتماع والتعاون على البر والتقوى، ونهى عن التفرق والاختلاف - قال تعالى: {وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا}، [ آل عمران: 103 ]، إن اللّه سبحانه يريد منا أن نكون حزبا واحدا، هم حزب اللّه المفلحون، ولكن العالم الإسلامي أصبح بعدما غزته أوروبا سياسيا وثقافيا، يخضع لهذه العصبيات الدموية والجنسية والوطنية، ويؤمن بها كقضية علمية وحقيقة مقررة وواقع لا مفر منه. وأصبحت شعوبه تندفع اندفاعا غريبا إلى إحياء هذه العصبيات التي أماتها الإسلام والتغني بها وإحياء شعائرها والافتخار بعهدها الذي تقدم على الإسلام، وهو الذي يلح الإسلام على تسميته بالجاهلية. وقد من اللّه على المسلمين بالخروج عنها وحثهم على شكر هذه النعمة.

والطبيعي من المؤمن أن لا يذكر جاهلية تقادم عهدها أو قارب إلا بمقت وكراهية وامتعاض واقشعرار. وهل يذكر السجين المعذب الذي يطلق سراحه أيام اعتقاله وتعذيبه وامتهانه إلا وعرته قشعريرة. وهل يذكر البريء من علة شديدة طويلة أشرف منها على الموت أيام سقمه إلا وانكسف باله وانتقع لونه؛ والواجب أن يعلم أن هذه الحزبيات عذاب بعثه اللّه على من أعرض عن شرعه وتنكر لدينه، كما قال تعالى: {قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ }، [ الأنعام: 65 ]، وقال –صلى الله عليه وسلم- { وما لم تحكم أئمتهم بكتاب اللّه إلا جعل اللّه بأسهم بينهم } ، [ ابن ماجه الفتن (4019) ]؛ إن التعصب للحزبيات يسبب رفض الحق الذي مع الآخرين كحال اليهود الذين قال اللّه فيهم: {وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْـزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْـزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ }،[ البقرة: 91 ]، وكحال أهل الجاهلية الذين رفضوا الحق الذي جاءهم به الرسول –صلى الله عليه وسلم- تعصباَ لما عليه آباؤهم: { وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْـزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا}، [ البقرة: 170 ]. ويريد أصحاب هذه الحزبيات أن يجعلوها بديلة عن الإسلام الذي منَّ اللّه به على البشرية.



* من كتاب التوحيد لفضيلة الشيخ الدكتور صالح الفوزان

Selasa, 4 Oktober 2011

ADAB-ADAB HAJI

Segala puji bagi Allah I salawat dan salam semoga kepada Rasulullah, nabi kita Muhammad bin Abdullah r, kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang setiap. Amma ba'du:

Terdapat adab-adab yang sudah seharusnya diketahui dan diamalkan oleh orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah untuk memperolehi umrah yang diterima dan haji yang mabrur lagi penuh berkat. Di antaranya adab yang wajib, adab yang sunnah, dan saya menyebutkan sebagian darinya sebagai contoh, bukan menyebutkan semuanya, adalah yang berikut ini:

  1. Istikharah kepada Allah I dalam menentukan waktu, kenderaan, dan teman, serta arah jalan jika banyak arah jalan, juga meminta pendapat orang-orang soleh dalam hal itu. Ibadah haji sememangnya ia sangat baik tanpa diragukan lagi. Cara solat istikharah adalah solat dua rakaat kemudian berdoa dengan yang doa yang dikhaskan.[1]
  2. Orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah harus berniat melaksanakan keduanya kerana Allah I dan mendekatkan diri kepadanya. Janganlah ia bertujuan untuk mendapatkan dunia, atau membanggakan diri, atau mendapatkan gelaran atau riya' dan sum'ah. Sesungguhnya hal itu menjadi penyebab hilangnya pahala ibadah dan tidak diterima. Firman Allah I:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لله رَبِّ الْعَالَمِينَ * لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْـمُسْلِمِينَ

Katakanlah:"Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam, * Tiada sekutu baginya;dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. al-An'aam:162-163)

] قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahawa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhan-nya". (QS.al-Kahf:110)

Allah I berfirman:

] مَّن كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا
مَّدْحُورًا
[

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (QS. al-Isra`18)

Dan di dalam hadits qudsi:

((أنا أغنى الشركاء عن الشرك، من عمل عملاً أشرك فيه معي غيري تركته وشركه)

'Aku paling kaya dari sekutu (tidak membutuhkan sekutu), barangsiapa yang melakukan amal perbuatan yang ia menyekutukan Aku dengan yang lain, nescaya Aku meninggalkannya dan sekutunya."[2]

Nabi r merasa bimbang terjadinya syirik kecil terhadap umatnya, baginda r bersabda:

((إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر)) فسُئل عنه فقال: ((الرياء))

"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umatku adalah syirik kecil.' Lalu baginda r ditanya tentang hal itu, baginda menjawab: Riya'.'[3]

Baginda juga r bersabda:

'Barangsiapa yang ingin didengar (suka didengar orang lain) nescaya Allah I memperdengarkan dengannya, dan barangsiapa yang ingin dilihat (riya) nescaya Allah I memperlihatkan dengannya."[4]

Dan firman Allah I:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا الله مُخْلِصِـينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan solat dan meunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah:5)

  1. Seseorang yang ingin melaksanakan ibadah haji dan umrah harus memahami hukum-hukum haji dan umrah. Juga hukum-hukum safar sebelum melaksanakan perjalanan, seperti qashar, jama', hukum-hukum tayammum, menyapu dua khuf, dan yang lainya yang diperlukannya di dalam perjalanan menunaikan manasik haji. Rasulullah r bersabda:

((من يرد الله به خيرًا [5]يفقهه في الدين))

"Barangsiapa yang Allah I menghendaki kebaikan dengannya nescaya Dia I memberikan pemahaman kepadanya dalam masalah agama."[6]

  1. Bertaubat dari segala perbuatan dosa dan maksiat, sama saja dia berhaji atau umrah, atau yang lainnya. Maka dia harus bertaubat dari semua dosa. Hakikat taubat adalah: berhenti dari semua dosa dan meninggalkannya, menyesali perbuatannya dan berteguh hati tidak akan mengulanginya. Jika berbuat zalim kepada orang lain, dia harus mengembalikan atau meminta halal darinya. Sama saja ia: merupakan kehormatan atau harta atau yang lainya dari sisi yang diambil kebaikannya untuk saudaranya. Jika ia tidak mempunyai kebaikan nescaya diambil dari dari kejahatan saudaranya lalu dicampakkan kepadanya.[7]
  2. Orang yang melaksakan haji dan umrah harus memilih harta yang halal untuk haji dan umrahnya, kerana Allah I Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik, dan kerana harta yang haram menyebabkan tidak diterima doa.[8] Darah daging apapun yang berasal dari harta yang haram maka api neraka lebih utama dengannya.[9]
  3. Disunnahkan baginya menulis wasiatnya, dan segala yang terkait hak dan kewajibannya, ajal (umur) ada di sisi Allah I. Firman Allah I:

] إِنَّ الله عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ الله عَلِيمٌ خَبِيرٌ [

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman:34)

Nabi r bersabda:

((ما حق امرئ مسلم له شيء يريد أن يوصي فيه يبيت ليلتين إلا ووصيته مكتوبة عنده))

"Tidak ada hak bagi seorang muslim yang dia ingin berwasiat padanya yang berlalu dua malam kecuali wasiatnya tertulis di sisinya."[10]

Dia bersaksi atasnya, membayar hutangnya, mengembalikan titipan kepada pemiliknya atau meminta ijin kepada mereka agar tetap padanya.

  1. Dianjurkan agar ia berpesan (berwasiat) kepada keluarganya agar selalu bertaqwa kepada Allah I, dan ia merupakan wasiat generasi pertama dan terakhir:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ الله وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ لله مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَانَ الله غَنِيًّا حَمِيدًا

...dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahutuhan), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. an-Nisaa`:131)

  1. Berusaha dalam memilih teman yang soleh dan dari penuntut ilmu syar'i. Maka sesungguhnya hal ini termasuk sebab mendapat taufik dan tidak terjerumus dalam kesalahan di tengah perjalanan, saat haji dan umrahnya. Berdasarkan sabda Nabi r:

))الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل ((

"Seseorang menurut agama temannya, maka hendaklah salah seorang darimu melihat siapakah yang ditemani."[11]

Dan sabdanya r:

((لا تصاحب إلا مؤمنًا ولا يأكل طعامك إلا تقي))

"Janganlah engkau berteman kecuali orang yang beriman dan janganlah memakan makananmu kecuali orang yang taqwa."[12]

Nabi r menggambarkan teman yang soleh itu bagaikan orang yang membawa minyak wangi dan teman yang jahat seperti orang yang meniup pandai besi.[13]

  1. Mengumpulkan kaum keluarga, sahabat handai, saudara mara, dan para ulama dari tetangga dan sahabatnya. Nabi r bersabda:

((من أراد سفرًا فليقل لمن يخلِّف: أستودعكم الله الذي لا تضيع ودائعه))

"Barangsiapa yang ingin melakukan safar hendaklah ia berkata kepada yang ditinggalkan: aku menitipkan kamu kepada Allah r yang tidak sia-sia barang titipannya."[14]

Nabi r menghantarkan sahabatnya apabila salah seorang dari mereka ingin safar, baginda bersabda:

((أستودع الله دينك وأمانتك وخواتيم عملك))

'Aku menitipkan engkau kepada Allah I agamamu, amanahmu, dan kesudahan/penutup amalmu."[15]

BagindA r bersabda kepada musafir yang memohon nasihat kepada baginda r:

((زوَّدك الله التقوى، وغفر ذنبك، ويسَّر لك الخير حيثُ ما كنتَ ((

"Semoga Allah I menambah taqwamu, mengampuni dosamu, memudahkan kebaikan untukmu di manapun engkau berada."[16]

Seorang laki-laki datang kepada Nabi r, Dia ingin musafir, dia berkata: Ya Rasulullah, berpesanlah kepadaku! Baginda r bersabda:

((أوصيك بتقوى الله والتكبير على كل شرف)

'Aku berpesan kepadamu agar selalu bertaqwa kepada Allah I dan membaca takbir di setiap tempat yang tinggi."

Maka setelah dia pergi, baginda r berdoa:

اللهم ازوِ له الأرض، وهوِّن عليه السفر

'Ya Allah, pendekkanlah bumi untuknya dan mudahkanlah perjalanannya."[17]

  1. Janganlah dia membawa lonceng, suling dan anjing, berdasarkan sabda Nabi r:

لا تصحب الملائكة رفقة فيها كلب ولا جرس

'Malaikat tidak menyertai rombongan perjalanan yang padanya terdapat anjing dan lonceng."[18]

Rasulullah r bersabda:

الجرس مزامير الشيطان

"Lonceng adalah suling syaitan."

  1. ِApabila ingin melaksanakan safar untuk melaksanakan haji bersama salah satu isterinya, jika dia mempunyai lebih dari satu, dia mengundi di antara mereka. Siapapun yang terpilih ia keluar bersamanya, berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: 'Apabila Rasulullah r ingin melakukan safar, baginda mengundi di antara para isterinya. Siapapun yang terpilih, dia keluar bersamanya.'[19]

Itulah sunnah apabila dia ingin safar bersama salah satu isterinya, maka mengundi adalah pilihan terbaik.[20]

  1. Dianjurkan agar keluar melakukan safar pada hari Khamis di permulaan siang kerana perbuatan Nabi r. Ka'ab bin Malik t berkata: 'Jarang sekali Rasulullah r keluar bila melakukan safar kecuali pada hari Khamis.'[21] Baginda r mendoakan kepada umatnya agar mendapat berkat di pagi hari, baginda r bersabda:

اللهم بارك لأمتي في بكورها

'Ya Allah, bertuhan berkah untuk umatku di pagi harinya."[22]

  1. Dianjurkan agar membaca doa keluar rumah, dia membaca saat keluar rumah: 'Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah I, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah I."[23] Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu bahwa aku menyesatkan atau disesatkan, aku tergelincir atau digelincirkan, aku berbuat zalim atau dizalimi, aku bertindak bodoh atau dibodohi."[24]
  2. Disunnahkan berdoa dengan doa safar, apabila menaiki tunggangannya, atau mobilnya, atau pesawat, atas kenderaan lainnya, maka ia membaca:

((الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر)) ] سُبْحانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ * وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ [، ((اللهمّ إنا نسألك في سفرنا هذا البر والتقوى، ومن العمل ما ترضى، اللهمّ هوِّن علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده، اللهمّ أنت الصاحب في السفر، والخليفة في الأهل، اللهمّ إني أعوذ بك من وعثاء السفر، وكآبة المنظر، وسوء المنقلب: في المال، والأهل..)) وإذا رجع من سفره قالهن وزاد فيهن: ((آيبون، تائبون، عابدون، لربنا حامدون))

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.:(Maha Suci Dia yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami") Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan taqwa dalam perjalanan kami ini, dan dari perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah, mudahkanlah untuk kami perjalanan ini dan dekatkanlah jauhnya dari kami. Ya Allah, Engkau ada sahabat dalam perjalanan, khalifah dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari kesusahan perjalanan, beratnya pandangan dan buruk tempat kembali dalam harta dan keluarga..." dan apabila pulang, ia membacanya dan menambahkan: 'Kembali, bertaubat, dan menyembah, kepada Tuhan kami memuji."[25]

  1. Disunnahkan agar ia tidak melakukan safar sendirian kecuali bersama teman, berdasarkan sabda Nabi r:

((لو يعلم الناس ما في الوحدة ما أعلم ما سار راكب بليل وحده))

"Jika manusia mengetahui dalam kesendirian seperti yang aku ketahui nescaya orang yang bertunggangan tidak melakukan perjalanan sendirian."[26]

Baginda r bersabda:

الراكب شيطان، والراكبان شيطانان، والثلاثة ركب

"Satu orang yang bertunggangan adalah syaitan, dua orang adalah dua syaitan dan tiga orang adalah rombongan."[27]



[1] Lihat: al-Istikharah dalam al-Bukhari 7/162 dan Hishnul Muslim hal 45.

[2] HR. Muslim, kitab Zuhud dan Raqaiq, bab: Barangsiapa yang menyetukukan dalam ibadahnya kepada selain Allah I.

[3] HR. Ahmad dalam Musnad 5/428 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' 2/45.

[4] Muttafaqun 'alaih dari hadits Jundub t, al-Bukhari, kitab riqaq, bab riya dan sum'ah no. 6499, dan Muslim, kitab zuhud dan raqaiq, bab di antara syirik kepada selain Allah I dalam ibadahnya.no. 2987.

[6] Al-Bukhari dari hadits Mu'awiyah t, kitab ilmu, bab: Barangsiapa yang Allah I menghendaki kebaikan dengannya niscaya Dia I memberikan pemahaman kepadanya dalam masalah agama.

[7] Lihat surah an-Nuur ayat 31 dan al-Bukhari, kitab Riqaq, bab qishash di hari kiamat no. 6534, 6535.

[8] Lihat Shahih Muslim kitab Zakat, bab menerima sedakah dari hasil usaha yang halal no. 1015.

[9] Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/31, Ahmad dalam az-Zuhd hal 164 dan dalam Musnad 3/321, ad-Darimi 2/229, dan selain mereka. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami' 4/172, dan lihat Fath al-Bari 3/113.

[10] Muttafaqun 'alaih dari hadits Ibnu Umar t: al-Bukhari, kitab wasiat, bab wasiat no. 2738, dan Muslim, kitab wasiat no. 1627.

[11] HR. Abu Daud, kitab adab 3/188.

[12] HR. Abu Daud, kitab Adab no. 4832, at-Tirmidzi kitab Zuhud, bab berteman orang yang beriman, no. 2395. dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud no.4832 dan Shahih at-Tirmidzi no. 2519/

[13] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Abu Musa u: al-Bukhari, kitab sembelihan dan buruan, bab misk no. 5534, dan Muslim, kitab birr dan shilah, bab anjuran duduk bersama orang shalih dan menjauhi teman yang buruk no. 2638.

[14] HR. Ahmad 2/403, Ibnu Majah, kitab jihad, bab mengantarkan para pejuang dan melepaskan mereka no. 2825. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ahadits shahihah, no 16 dan 2547. dan shahih Sunan Ibnu Majah 2/133.

[15] HR, Abu Daud, kitab Jihad, bab doa saat melepaskan no.2600, at-Tirmidzi, kitab doa-doa, bab ucapan saat mengantarkan seseorang no. 3442. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/155.

[16] HR. At-Tirmidzi kitab doa, bab ucapan apabila mengantarkan seseorang no. 3444 dan Saikh al-Albani berkata dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi 3/149: Hasan shahih.

[17] HR. At-Tirmidzi, kitab doa, bab darinya: pesannya r kepada musafir agar bertaqwa kepada Allah I dan membca takbir di setiap tempat yang tinggi. No. 3445, Ibnu Majah, kitab Jihad, bab keutamaan berjaga dan membaca takbir saat berjuang fi sabilillah no. 2771, Ahmad dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3./156, Shahih Ibnu Majah 2/124, dan Shahih Ibnu Khuzaimah 4/149.

[18] HR. Muslim, kitab pakaian dan perhiasan, bab dibenci anjing dan lonceng dalam perjalanan no. 2113.

[19] Muttafaqun 'alaih. Al-Bukhari, kitab hibah, bab pemberian istri kepada selain suaminya, no. 2593, dan Muslim, kitab keutamaan sahabat, bab keutamaan Aisyah radhiyallahu 'anha no 2445.

[20] Saya mendengarnya dari Syaikh kami Imam Ibnu Baz saat menerangkan shahih al-Bukhari no,. 2879.

[21] Al-Bukhari, kitab Jihad, bab siapa yang ingin berperang, ia melakukan tauriyah dengan yang lain dan siapa yang ingin keluar pada hari Kamis. No. 2948.

[22] HR. Abu Daud, kitab Jihad, bab pagi hari melakukan safar no. 2606, at-Tirmidzi, kitab jual beli, bab pagi hari berdagang no. 1212, Ibnu Majah, kitab Perdagangan, bab diharapkan berkah di pagi hari no. 2236, Ahmad dalam Musnadnya (1/154, 3/416). Abu Isa berkata: hadits hasan dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 2/494 dan Shahih at-Tirmidzi 2/807.

[23] HR. Abu Daud, kitab Adab, bab yang dibaca saat keluar dari rumahnya no. 5090, at-Tirmidzi dalam kitab doa, ba yang dibaca saat keluar rumahnya no. 3426 dan ia berkata: ini hadits hasan shahih gharib dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/410 dan Shahih Sunan Abu Daud 3/959.

[24] HR. Abu Daud, kitab Adab, bab yang dibaca saat keluar dari rumahnya no. 5094, at-Tirmidzi, kitab doa, bab darinya no. 3427, an-Nasa`i, kitab berlindung, bab berlindung dari doa yang tidak dikabulkan, no. 5536, Ibnu Majah, kitab doa, bab doa seseorang apabila keluar dari rumahnya. At-Tirmidzi berkata: ini hadits hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi 3/959 dan Shahih Sunan Abu Daud 3/410-411

[25] HR. Muslim dalam kitab haji, bab yang dibaca apabila mengenderai tunggangan menuju ibadah haji. No. 1342.

[26] HR. Al-Bukhari dalam kitab Jihad dan perjalanan, bab perjalanan seorang diri saja no. 2998

[27] HR. Abu Daud, kitab Jihad, bab laki-laki melakukan safar seorang diri no. 2607, at-Tirmidzi dalam kitab jihad, bab dibenci melakukan safar seorang diri saja no. 1674, dan ia berkata: hadits hasan shahih, dan Ahmad dalam musnadnya (2/186-214), al-Hakinm dalam al-Mustadrak 2/102 dan ia berkata: Shahih isnad dan keduanya tidak mengeluarkannya. Dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 62 dan Shahih at-Tirmidzi 2/245.